Makalah Manajemen SDM Penilaian Prestasi Kerja (PPK)
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ............................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan Pembuatan Makalah....................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................. 4
A. Pengertian Penilaian Prestasi Kerja ........................................ 4
B. Beberapa Tujuan Penilaian Prestasi Kerja ............................. 5
C. Obyek Penilaian Prestasi Kerja ................................................. 6
D. Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja .......................................... 7
E. Metode Penilaian Prestasi Kerja ............................................... 8
F. Penilai, Validitas & Reliabilitas Dalam PPK ........................... 11
G. Berbagai Kendala Dalam Penilaian Prestasi Kerja................ 14
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................... 16
A. Kesimpulan ................................................................................... 16
B. Saran..............................................................................................
17
Daftar Pustaka ................................................................................................ 18
Kata
pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PENILAIAN KINERJA”
Maksud
dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu makalah
panduan mahasiswa dan mahasiswi khususnya di dalam mata kuliah Manajemen Sumber
Daya Manusia Lanjutan.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Makassar , 23 juli 2017
Penyusun nnnn
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Organisasi
yang selalu berkembang merupakan dambaan semua orang. Baik pemerintah maupun
swasta mengharapkan organisasinya tumbuh dan berkembang dengan baik, sebab
dunia terus berkembang. Dengan perkembangan tersebut diharapkan organisasi
mampu bersaing dan berakselerasi dengan kemajuan zaman. Kenyataan menunjukkan
bahwa organisasi yang tidak mampu berakselerasi dengan kemajuan zaman akan
tertinggal untuk kemudian tenggelam tertelan zaman.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat
perkembangan suatu organisasi adalah melalui hasil Penilaian Prestasi Kerja
(PPK) yang ada pada organisasi tersebut. PPK dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah Performance Appraisal. Dari PPK dapat dilihat kinerja
kerja organisasi yang dicerminkan oleh kinerja kerja pegawainya.
Hasil PPK dapat menunjukkan apakah SDM (pegawai) pada
organisasi terebut telah memenuhi sasaran/target sebagaimana yang dikehendaki
oleh organisasi, baik secara kuantitas maupun kualitas, bagaimana perilaku
pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya, apakah cara kerja tersebut sudah
efektif dan efisien, bagaimana penggunaan waktu kerja dan sebagainya. Dengan
informasi tersebut berarti hasil PPK merupakan refleksi dari berkembang atau
tidaknya organisasi.
Pada organisasi yang cukup maju, hasil PPK digunakan
sebagai bahan pertimbangan proses manajemen SDM seperti promosi, demosi,
diklat, kompensasi, pemutusan hubungan kerja dan sebagainya. Dijadikannya PPK
sebagai bahan perimbangan sedikit banyaknya memotivasi pegawsai untuk bekerja
lebih giat lagi. Dengan demikian PPK merupakan salah satu faktor kunci tumbuh
dan berkembangnya suatu organisasi.
Keinginan bangsa kita untuk menuju perbaikan kinerja
kerja melalui PPK sudah ada. Hal tersebut ditunjukkan oleh penggunaan Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) di seluruh organisasi pemerintah dan
sebagian besar organisasi swasta. Namun sayangnya kebanyakan pengelola PPK
(departemen SDM/personalia) masih belum siap.
Fenomena yang kemudian muncul ke permukaan adalah PPK
masih belum dianggap penting. Anggapan tersebut ditunjang oleh sistem penilaian
PPK yang masih bersifat sembarangan sebagai akibat dari hasil PPK yang
belum dijadikan bahan pertimbangan proses manajemen SDM selanjutnya, seperti
perencanaan karier, diklat, kompensasi, PHK, dan sebagainya.
Di samping itu, PPK yang ada juga banyak memiliki
kelemahan seperti : besarnya porsi poin yang bersifat subyektif, penilaian yang
dilakukan satu tahun sekali pada periode yang sama dapat mengakibatkan bias,
banyak organisasi yang belum memiliki uraian kerja yang mantap yang
mengakibatkan kesulitan di dalam membuat PPK, dan sebagainya.
Sehubungan dengan hal di atas, maka materi Penilaian
Prestasi Kerja (PPK) dalam manajemen SDM merupakan bagian yang cukup penting
untuk dikaji dan dipelajari. Pembicaraan mengenai PPK memang menarik. Sebagai
bagian dari Manajemen Sumber Daya Manusia, PPK atau Performance Appraisal
merupakan salah satu faktor kunci tumbuh dan berkembangnya suatu
organisas/perusahaan.
Hasil penilaian dapat menunjukkan apakah Sumber Daya
Manusia (pegawai/karyawan) pada organisasi/perusahaan tersebut sudah memenuhi
target atau sasaran yang dikehendaki baik secara kualitas maupun kuantitas, bagaimana
perilaku pekerja dalam melakukan pekerjaannya, apakah cara kerja tersebut sudah
efektif dan efisien, bagaimana penggunaan waktu kerja, dan sebagainya.
Ketidakakuratan hasil PPK dapat merusak atau
mengganggu perencanaan sumber daya manusia pada organisasi. Perencanaan karier,
pengembangan karier, diklat, penambahan tenaga kerja akan salah, bila hasil PPK
tidak dapat menggambarkan kondisi pekerja yang sebenarnya. Hasil PPK pegawai
juga dapat dijadikan pertimbangan organisasi/perusahaan di dalam memberikan
kenaikan upah/bonus.
Hasil PPK tidak hanya berpengaruh pada organisasi,
tapi juga berpengaruh pada individu pegawai/ karyawan. PPK yang tidak
didasarkan pada kriteria yang obyektifdapat menimbulkan keresahan dan rasa
tidak aman. Sebaliknya penilaian dengan cara yang tepat dan standar atau target
yang dinilai jelas dapat meningkatkan motivasi dan gairah kerja pegawai.
Sehubungan dengan besarnya pengaruh hasil penilaian,
maka perlu diupayakan agar penilaian dilakukan seobyektif mungkin.
Karenanya harus dihindari kemungkinan like or slide dalam diri penilai
saat melakukan penilaian prestasi kerja. Penghindaran tersebut dapat dilakukan
dengan pemilihan materi, teknik, metode dan frekuensi yang tetap dalam
melakukan penilaian prestasi kerja.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa arti dari penilaian prestasi kerja!
2.
Tujuan dari penilaian prestasi kerja!
3.
Siapa yang melakukan penilaian prestasi pada karyawan!
4.
Metode apa yang digunakan dalam penilaian prestasi kerja!
5.
Masalah-masalah apa yang terdapat dalam penilaian prestasi!
C.
TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
1.
Mengetahui lebih dalam tentang penilaian prestasi kerja yang dilakukan seorang
manajer dalam perusahaan atau tempat mereka bekerja,
2.
Mengetahui metode-metode yang dapat digunakan dalam penilaian prestasi kerja.
3.
Memahami penilaian prestasi kerja dan melaksanakannya.
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PENILAIAN PRESTASI KERJA
Penilaian Prestasi Kerja (PPK) adalah “suatu cara
dalam melakukan evaluasi terhadap prestasi kerja para pegawai dengan
serangkaian tolak ukur
tertentu yang obyektif dan berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta
dilakukan secara berkala”.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh French (1986), PPK
pada dasarnya merupakan kajian sistematik tentang kondisi kerja pegawai yang
dilakukan secara formal. Menurut French, kajian kondisi kerja ini haruslah
dikaitkan dengan standar kerja yang dibangun, baik itu standar proses kerja
maupun standar hasil kerja. Tidak kalah pentingnya, organisasi harus
mengkomunikasikan penilaian tersebut kepada pegawai yang bersangkutan.
Dengan demikian sasaran yang menjadi obyek penilaian
adalah kecapakan/kemampuan pegawai melaksanakan suatu tugas/pekerjaan yang
diberikan, penampilan atau perilaku dalam melaksanakan tugas, sikap dalam menjalankan
tugas, cara yang digunakan dalam melaksanakan tugas, ketegaran jasmani dan
rohani di dalam menjalankan tugas, dan sebagainya.
Penilaian atau investasi kerja juga sering dilakukan
secara informal oleh supervisor atau atasan terhadap bawahannya. Bedanya,
penilaian yang informal tersebut adalah spontanitas dari supervisor atau
atasan dan tidak dirancang secara khusus sebagimana halnya PPK. Selain itu
penilaian atau evaluasi kerja secara informal cenderung lebih ke arah
memperbaiki pekerjaan keseharian dari pada penilaian terhadap kemampuan atau
perilaku kerja pegawai. Sedangkan PPK adalah kajian kondisi pegawai dengan
rancangan dan metode khusus.
B.
BEBERAPA
TUJUAN PENILAIAN PRESTASI KERJA
PPK dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Beberapa Tujuan
Umum penggunaan PPK dalan organisasi industri maupun non indutri adalah :
1. Peningkatan
imbalan (dengan system merit),
2. Feed back/umpan balik
bagi pegawai yang bersangkutan,
3. Promosi,
4. PHK atau pemberhentian
sementara,
5. Melihat
potensi kinerja pegawai,
6. Rencana
suksesi,
7. Transfer/pemindahan
pegawai
8. Perencanaan
pengadaan tenaga kerja
9. Pemberian
bonus
10. Perencanaan
karier
11. Evaluasi dan
pengembangan Diklat
12. Komunikasi
intenal
13. Kriteria
untuk validasi prosedur suksesi
14. Kontrol
pengeluaran.
Secara garis
besar terdapat dua Tujuan Utama PPK, yaitu :
a.
Evaluasi terhadap tujuan (goal) organisasi, mencakup :
1) Feedback pada
pekerjaan untuk mengetahui di mana posisi mereka.
2) Pengembangan
data yang valid untuk pembayaran upah/bonus dan keputusan promosi serta
menyediakan media komunikasi untuk keputusan tersebut.
3)
Membantu manajemen membuat keputusan pemberhentian
sementara atau PHK dengan memberikan “peringatan” kepada pekerja tentang
kinerja kerja mereka yang tidak memuaskan. (Michael Beer dalam French,
1986).
b.
Pengembangan tujuan (goal) organisasi, mencakup :
1) Pelatihan
dan bimbingan pekerjaan dalam rangka memperbaiki kinerja dan pengembangan
potensi di masa yang akan datang.
2) Mengembangkan
komitmen organisasi melalui diskusi kesempatan karier dan perencanaan karier.
3) Memotivasi
pekerja
4) Memperkuat
hubungan atasan dengan bawahan.
5) Mendiagnosis
problem individu dan organisasi.
C.
OBYEK PENILAIAN PRESTASI KERJA
1.
Hasil kerja individu
Jika
mengutamakan hasil akhir, maka pihak manajemen melakukan penilaian prestasi
kerja dengan obyek hasil kerja individu. Biasanya berlaku pada bagian produksi
dengan indikator penilaian output yang dihasilkan, sisa dan biaya per-unit yang
dikeluarkan.
2.
Perilaku
Untuk tugas
yang bersifat instrinsik, misalnya sekretaris atau manajer, maka penilaian
prestasi kerja ditekankan pada penilaian terhadap perilaku, seperti ketepatan
waktu memberikan laporan, kesesuaian gaya kepemimpinan, efisiensi dan
efektivitas pengambilan keputusan, tingkat absensi.
3.
Sifat
Merupakan obyek penilaian paling lemah dari
kriteria penilaian prestasi kerja karna tidak dapat dihubungkan dengan hasil
tegas yang positif .
D.
PENGARUH PENILAIAN PRESTASI KERJA
1.
Terhadap Individu
Hasil PPK
dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap moral kerja pekerja. Hal ini
dimungkinkan mengingat peranan hasil PPK yang dapat digunakan untuk berbagai
kepentingan manajemen SDM.
Cara pandang
pegawai terhadap PPK dan penggunaan hasil PPK menentukan positif atau negatif pengaruh
PPK pada pegawai yang bersangkutan. Sebagai contoh, jika PPK lebih dipandang
sebagai kritik dari pada pertolongan perusahaan terhadap pegawai.
Maka PPK akan menumbuhkan rasa “was-was” pada diri pegawai yang bersangkutan
saat dilakukan PPK atau penerapan hasil PPK. Perasaan was-was ini pada
gilirannya akan menurunkan semangat kerja. Sebaliknya jika PPk lebih dipandang
sebagai pertolongan atau pemberian kesempatan pengembangan diri dari
pada kritik, maka PPK akan membuat pegawai yang bersangkutan bertambah
giat dan selalu berupaya mengembangkan kreativitasnya di dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Dengan
demikian sisi pandang atau interprestasi pegawai terhadap PPK merupakan hal
yang mendasari baik buruknya akibat perubahan sikap/moral pekerja setelah menerima
hasil PPK. Karenanya pemilihan metode yang tepat dengan tolok ukur yang tepat
serta waktu yang tepat merupakan kunci yang dapat mengeliminir kecurigaan
pegawai terhadap subyektivitas penilai saat melakukan PPK.
2.
Terhadap
Organisasi
PPK
mempengaruhi orgnisasi, khususnya pada proses kegiatan SDM. Sebagaimana halnya
dengan pengaruh PPK terhadap individu, informasi hasil penilaian merupakan
umpan balik sukses tidanya fungsi personalia. Besar kecilnya pengaruh PPK pada
organisasi tergantung sedikit banyaknya pada informasi yang didapat dari hasil
PPK tersebut. PPK yang komprehensif dapat menghasilkan informasi yang cukup.
Informasi yang bisa didapat antara lain rekrutmen, seleksi, orientasi,
kebutuhan diklat dan sebagainya.
Jika
sejumlah besar pegawai menerima hasil PPK dengan nilai buruk, maka dapat diduga
kemungkinan adanya kelalaian atau kesalahan program perencanaan SDM pada
organisasi yang bersangkutan. Atau kungkin hal tersebut terjadi akibat target goal
yang ditetapkan terlalu tinggi, sementara kemampuan pegawai dan/atau fasilitas
yang ada pada organisasi tersebut belum memungkinkan untuk mencapai target goal
terebut.
Selain untuk
mengevaluasi program manajemen SDM. PPK juga dapat digunakan untuk
mengembangkan SDM organisai seperti promosi, kenaikan upah, bonus, pelatihan
dan sebagainya. Dengan perkataan lain, hasil Penilaian Prestasi Kerja dapat
digunakan untuk mengevaluasi dan mengembangkan SDM saat ini serta mengkaji
kemampuan organisasi untuk menentukan kebutuhan SDM di masa yang akan datang.
E.
METODE
PENILAIAN PRESTASI KERJA
Pendekatan yang dilakukan dalam penilaian prestasi
kerja pegawai sangat banyak. Dari sekian banyak metode yang digunakan dapat
dikelonpokkan menjadi dua bagian, yaitu 1) metode yang berorientasi masa lalu,
seperti : Skala Grafik dengan Rating, Metode Ceklis (Checklist),
Metode Essai, Metode Pencatatan Kejadian Kritis, dan Metode Wawancara; dan 2)
metode yang berorientasi masa depan, yakni penilaian diri, tes psikologi, MBO,
dan pusat penilaian.
a.
Metode Penilaian Yang Berorientasi Masa Lalu
1) Skala Grafik Dengan Rating
Skala grafik
dengan rating atau juga dikenal dengan metode rating
konvensional, adalah metode yang banyak digunakan. Terdapat banyak versi
tentang metode ini namun semuanya berfokus pada perilaku spesifik atau
karakteristik pegawai yang berkaiatan dengan kinerja kerja. Contoh skala Rating
dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Dalam versi terbaru skala grafik dengan
rating perilaku spesifik pegawai diuraikan kembali berdasarkan perbedaan
tingkatan dan perbedaan departemen/bagian pekerjaan untuk masing-masing
karakteristik. Kelemahan metode ini adalah perilaku yang dinilai tidak spesifik
dan penilai cenderung memberikan nilai rata-rata.
2) Metode Checklist
Metode checklist
adalah metode PPK dengan cara memberi tanda (V) pada uraian perilaku negatif
atau positif pegawai/karyawan yang namanya tertera dalam daftar. Masing-msing
perilaku tersebut diberi bobot nilai. Besarnya bobot nilai tergantung dari
tingkat kepentingan perilaku tersebut terhadap suksesnya suatu pekerjaan.
Perhatikan contoh berikut :
Keuntungan
dari metode ini mudah untuk digunakan dan dapat menghindari kecenderungan
pemberian nilai rata-rata atau pemberian nilai karena kemurahan hati. Namun
karena keharusan adanya relevansi antara item perilaku yang terdaftar
dalam penilaian prestasi dengan pekerjaan yang dilaksanakan, maka dibutuhkan
keahlian khusus untuk membangun sejumlah item perilaku yang berbeda
untuk jenis pekerjaan dan tingkatan yang berbeda. Oleh karena itu dibutuhkan
bantuan tenaga profesional yang andal di bidang ini. Ketidakandalan dalam
membuat item perilaku dan kesesuaian bobot nilai masing-masing item
dapat mengakibatkan ketidaksesuaian di dalam pemberian ukuran-ukuran item.
Akibatnya para supervisor kesulitan di dalam mengiterprestasikan
hasilnya.
3) Metode Esai
Pada metode
ini, penilai menuliskan sejumlah pertanyaan terbuka yang terbagi dalam beberapa
kategori. Beberapa kategori pertanyaan terbuka yang biasa digunakan :
1. Penilaian
kinerja seluruh pekerjaan.
2. Kemungkinan
pekerja dipromosikan
3. Kinerja
kerja pegawai saat ini
4. Kekuatan
dan kelemahan pegawai
5. Kebutuhan
tambahan training
Pendekatan
ini memberikan fleksibilitas pada penilaian dengan tidak memasyarakatkan
perhatian khusus pada sejumlah faktor. Di sisi lain karena metode ini
menggunakan pertanyaan yang sangat terbuka, maka penilai akan kesulitan untuk
membandingkan dan menilai jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut.
keberhasilan metode ini juga sangat tergantung pada kemampuan dan kriativitas supervisor
dalam mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang benar-benar dapat
mewakili kondisi pegawai yang dinilai.
4) Metode Pencatatan Kejadian
Kritis
Metode
pencatatan kejadian yang kritis adalah Penilaian Prestasi Kerja yang
menggunakan pendekatan dengan menggunakan catatan-catatan yang menggambarkan
perilaku karyawan yang sangat baik atau yang sangat buruk. Perhatikan contoh
berikut :
5) Metode Wawancara
Selain
kelima metode di atas, PPK pegawai juga dapat dilakukan dengan cara Wawancara.
Maksud dari penggunaan cara wawancara ini adalah agar pegawai mengetahui posisi
dan bagaimana cara kerja mereka.
Selain itu
wawancara juga dimaksudkan untuk :
a. Mendorong
perilaku positif.
b. Menerangkan
apa target/sasaran yang diharapkan dari pegawai.
c.
Mengkomunikasikan masalah-masalah yang berkaitan
dengan upah dan promosi.
d. Rencana
memperbaiki kinerja di masa yang akan datang.
e. Memperbaiki
hubungan antara atasan dengan bawahan.
b.
Metode Penilaian Yang Berorientasi Masa Depan
1) Penilaian Diri (self appraisal)
Metode ini menekankan adanya penilaian yang dilakukan
karyawan terhadap diri sendiri dengan tujuan melihat potensi yang dapat dikembangkan
dari diri mereka.
2) Tes Psikologi
Biasanya dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam,
tes psikologi, diskusi, review terhadap hasil evaluasi pekerjaan karyawan. Tes
ini dilakukan oleh psikolog untuk mengetahui potensi karyawan yang dapat
dikembangkan dimasa datang. Beberapa tes psikologi yang dapat dilakukan,
seperti tes intelektual, emosi, motivasi.
3) Management By Objectives (MBO)
Management
By Objectives (MBO) yang diperkenalkan oleh Peter Drucker adalah
sistem yang menggambarkan kajian tentang target/sasaran yang hendak
dicapai berdasarkan kesepakatan antara supervisor dan bawahannya. Kajian
tentang bagaimana baiknya bawahan berprestasi selalu ditinjau ulang dan
dilakukan secara periodik. Uji coba selalu dibuat untuk menuliskan target/sasaran
dari segi kuantitas. Para ahli percaya bahwa target/sasaran dapat dan
selayaknya ditetapkan secara kuantitatif.
4) Pusat Penilaian (Assesment
Centre)
Merupakan
lembaga pusat penilaian prestasi kerja, dimana lembaga tersebut berfungsi melakukan
penilaian prestasi kerja terhadap karyawan suatu perusahaan.
F.
PENILAI , VALIDITAS &
RELIABILITAS DALAM PPK
Sebagimana diungkapkan di atas, departemen SDM atau
personalia berperan di dalam membuat rencana rancangan, memilih metode yang
akan digunakan, serta memilih siapa yang akan menilai karyawan. Keputusan yang
diambil oleh Departemen SDM atau personalia sangat berpengaruh pada hasil PPK.
Rancangan yang salah dan/atau pemilihan metode serta penilai yang salah akan
mengakibatkan kesalahan informasi yang didapat dari hasil PPK. Dengan perkataan
lain, informasi hasil prestasi kerja dapat menjadi tidak absah (invalid)
dan tidak dipercaya (unreliable).Dengan demikian selain metode Penilaian
Prestasi Kerja yang digunakan, maka untuk mengembangkan atau merancang PPK
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Pemilihan Penilai, 2) Validitas
(benar) dan 3) Reliabilitas (dapat dipercaya).
a. Pemilihan
Penilai
Memutuskan
siapa yang akan mengevaluasi pegawai adalah sesuatu yang sangat penting dalam
merancang program penilaian prestasi. Secara umum diakui bahwa penilaian oleh
penyelia (supervisor) sangat dilakukan dengan mengkombinasikan penilaian
supervisor dan nonsupervisor. Langkah tersebut diambil untuk
menghindari subyektivitas dan/atau kesalahan yang mungkin terjadi bila penilai
hanya supervisor atau atasan pegawai yang bersangkutan saja. Untuk DP3
pegawai negeri, penilai selain atasan langsung juga atasan dari atasan pegawai
yang bersangkutan.
Menurut French (1986) penilai dapat terdiri dari :
a. Supervisor/atasan
pegawai yang bersangkutan.
b. Diri pegawai
yang bersangkutan.
c.
Teman sekerja.
d. Bawahan, dan
e. Grup/kelompok,
atau
f.
Kombinasi dari penilai-penilai di atas.
PPK pegawai
yang dilakukan oleh atasan langsung paling banyak dijumpai. Atasan merupakan
orang yang diberikan otoritas formal untuk melakukan penilaian. Atasan selalu
memonitor kerja bawahannya serta mengawasi pemberian imbalan yang diakibatkan
oleh kinerja pegawai yang bersangkutan. Secara khusus, atasan adalah orang
dengan posisi terbaik yang mengawasi kinerja bawahan serta menilai sejauh mana
kinerja yang disajikan sesuai dengan target/sasaran yang ditetapkan oleh
unit kerjanya maupun organisasi secara keseluruhan.
Pada
beberapa organisasi, pegawai yang bersangkutan menilai kinerja kerja dirinya
sendiri (self evaluation). Pendekatan ini dilakukan dalam kaitannya
dengan upaya membangun moral karyawan. PPK oleh diri sendiri dapat
dikombinasikan dengan penilaian yang dilakukan oleh atasan untuk mendapatkan
hasil yang terbaik. Pendekatan ini lebih menjurus pada penggunaan metode MBO.
Atasan dan pegawai yang bersangkutan secara independen melakukan persiapan
evaluasi kerja. Kemudian keduanya bertemu untuk mendiskusikan kajian mereka.
Setelah itu mereka melengkapi kajian tentang tanggung jawab mendatang,
perbaikan rencana, membangun aktivitas, tujuan karier dan ringkasan kinerja.
Satu keuntungan dari pendekatan ini adalah tersedianya basis untuk
mengklarifikasikan harapan dan persepsi pegawai yang bersangkutan dan atasan.
Penilaian
oleh teman sekerja, meskipun tidak biasa digunakan namun mempunyai kelebihan
yaitu relatif lebih dipercaya (reliable). Realibilitas ini didapat dari
fakta di mana teman sekerja selalu berinteraksi satu sama lain dalam kerja
keseharian dan karena teman sekerja dianggap sebagai penilai yang independen.
Panilai oleh bawahan penting terutama yang berkaitan dengan aspek kepemimpinan,
karena bawahan adalah orang yang paling merasakan dampak dari kepemimpinan
atasannya. Sama halnya dengan penilaian yang dilakukan oleh teman sekerja,
panilaian oleh bawahan termasuk yang jarang digunakan.
Selain
penilaian oleh atasan langsung, penilaian yang dilakukan oleh grup merupakan
pendekatan panilaian yang banyak digunakan. Orang-orang yang terkumpul dalam
grup penilaian ini adalah mereka yang mengetahui materi serta metode penilaian
yang digunakan yang dapat menyediakan data yang lebih dari penilaian oleh
atasan.
b. Validitas
(absah)
Berkaitan
dengan perancangan dan penggunaan metode, maka absahan (validitas) merupakan
sesuatu yang harus dipertimbangkan. Yang dimaksud dengan keabsahan adalah bahwa
nilai yang didapat oleh seseorag, terkait dengan pelaksanaan pekerjaan atau
dengan berbagai kriteria obyektif lain yang telah ditentukan sebelumnya.
Maksudnya data atau informasi yang didapat harus aktual saat diperoleh. Sebagai
contoh, prestasi kerja yang hanya dinilai satu tahun sekali dan dilakukan pada
akhir tahun, sedikit banyaknya akan mengurangi keabsahan (validitas) panilaian
karena kemungkinan besar, data atau informasi perilaku dan ketrampilan yang
didapat hanyalah terakhir.
c.
Reliabilitas (dapat dipercaya)
Yang
dimaksud dengan dipercaya (reliable) ialah bahwa hasil yang diperoleh
konsisten setiap kali diambil dari dan oleh orang yang sama. Skor atau hasil
penilaian tetap sama walaupun menggunakan metode yang berbeda. Reliabilitas
metode penilaian dapat ditingkatkan dengan melatih penilai untuk dapat
menilai secara lebih baik.
d. Peranan
Departemen SDM
Departemen SDM dalam kaitannya dengan PPK berperan sbb
:
- Merancang
dan mengimplementasikan program Penilaian Prestasi Pegawai.
- Menentukan
siapa yang akan menilai, dan metode apa yang akan digunakan.
- Memimpin
sejumlah penelitian tentang cara atau metode penilaian yang lebih bersifat
adil (dapat dipercaya dan benar).
G. BERBAGAI
KENDALA DALAM PENILAIAN PRESTASI KERJA
1. Pemilihan Metode Terbaik
Hingga saat
ini tidak satupun dari metode panilaian prestasi di atas dikatakan sebagai yang
terbaik untuk semua kondisi dan sitasi organisasi. Kondisi dan situasi
yang berbeda menghendaki metode dan sistem yang berbeda. Menurut French (1986),
metode PPK yang terbaik tergantung pada :
a. Pendekatan
pada metode penilaian pada pekerjaan yang akan dinilai.
b. Variasi
faktor organisasi yang dapat menolong mengimplementasikan program penilaian
(Iklim organisasi, training prosedur penilaian, dan lain-lain).
2. Kesalahan
Penilaian
Penilaian
yang benar dan dapat dipercaya terutama penting di dalam menggunakan kesempatan
yang sama pada pekerja untuk mendapatkan petunjuk pelaksanaan (Juklak) atau
guidelines kerja. Sayangnya supervisor dapat membuat kesalahan
yang mengakibatkan peniaian menjadi kurang benar dan kurang dapat dipercaya.
Kesalahan
yang mungkin dilakukan oleh penilai berkaitan dengan faktor manusia,
dimana penilai tidak dapat terlepas dari unsur subyektif dalam manusia. Kesalahan
tersebut di antaranya adalah :
a). Hallo Effect dan Horn
Effect
Dalam bab 3
telah dijelaskan bahwa pewawancara dapat melakukan kesalahan yang disebut
dengan halo effect dan horn ffect. Kesalahan tersebut juga dapat
dilakukan oleh penilai. Kesalahan halo effect sangat dimungkinkan bila
penilai terpesona oleh perilaku pegawai seperti penampilan atau kepribadiannya.
Kekaguman ini dapat menutup mata penilai terhadap kelemahan pegawai yang lain.
Sebaliknya bila pegawai membuat kesalahan kecil namun membekas di hati penilai,
maka bisa jadi nilai yang didapat hasilnya buruk meskipun sesungguhnya ia
memiliki prestasi lebih.
b) Kecenderungan
menilai rata-rata cukup atau menengah.
Kebanyakan
penilai kurang berani mencantumkan nilai yang rendah atau yang tinggi. Sikap
ini merupakan cerminan sebagaimana umumnya masyarakat dalam menilai. Penilaian
yang tinggi dikhawatirkan akan menjadikan pegawai sombong dan lupa diri,
sebaliknya penilaian yang rendah dikhawatirkan dapat menjatuhkan mental
pegawai. Karenanya seringkali penilai mencantumkan nilai rata-rata atau nilai
tengah.
c) Karena
“kemurahan hati”
Subyektivitas
lainnya adalah kemurahan hati. Banyak penilai tidak tega mencatumkan nilai
sebenarnya. Seringkali panilai mencantumkan nilai katrol sebagai
kemurahan hati. Ketidakberanian mencantumkan nilai rendah selain karena
khawatir akan menjatuhkan mental pegawai, juga karena penilai khawatir
disalahkan oleh organisasi. Karena bisa jadi rendahnya nilai bukan semata-mata
kesalahan pegawai tapi karena kesalahan panilai dalam menilai (tidak valid
dan tidak reliable) atau penetapan target yang salah.
BAB 3
PENUTUP
Penilaian kinerja pegawai merupakan kesempatan
periodik untuk melakukan komunikasi antara orang yang menugaskan pekerjaan
dengan orang yang mengerjakannya untuk mendiskusikan apa yang saling mereka
harapkan dan seberapa jauh harapan ini dipenuhi.
Penyempurnaan yang dilakukan dimaksudkan untuk
meningkatkan kapasitas dari berbagai kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan
peluang yang ada sekaligus untuk menghindari berbagai ancaman dan untuk
meminimalisir bahkan mengeliminir berbagai kelemahan yang dimiliki.
Melalui sistem penilaian yang sempurna, diharapkan apa
yang menjadi tujuan dari penilaian itu sendiri bisa tercapai secara efektif, sehingga
bisa dihasilkan Aparatur Negara yang sempurna dan seimbang lahir maupun
bathinnya, yang ditandai dengan adanya tingkat kompetensi yang tinggi dan
perilaku yang mencerminkan seorang Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat.
Adanya perilaku yang baik dan tingkat kompetensi yang
tinggi pada masing-masing individu, secara langsung juga akan meningkatkan
kompetensi organisasi atau instansi dimana pegawai tersebut mengabdi.
Untuk mewujudkan akuntabilitas publik atau
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah agar dapat berjalan sesuai yang
diinginkan dan dicita-citakan bersama, harus disertai dengan upaya mewujudkan
akuntabilitas perilaku/tingkah laku baik personal (behavior) dan wajib
dilakukan oleh setiap entitas (institusi/organisasi) terhadap personalnya.
Penilaian prestasi sebenarnya tidak hanya untuk
kepentingan perubahan status Karyawan (dari status percobaan/kontrak akan
menjadi tetap) atau untuk kenaikan jabatan saja. Tapi juga bisa untuk
menentukan mutasi, demosi, kenaikan gaji berkala (kalau ada), perhitungan
insentif, bonus dan bentuk reward yang lain.
B.
SARAN
Diharapkan dengan adanya pembuatan makalah ini dapat mengetahui bagaimana
penilaian yang baik terhadap karyawan yang nantinya dapat diterapkan dalam
suatu perusahaan. Pemahaman penilaian prestasi kerja tentu sangat diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari jika kita ber kedudukan sebagai manajer dalam suatu
perusahaan sehinggan nantinya kita dapat meneruskan dan mengembangkan usaha
yang dijalani. Tidak lupa juga dapat bermanfaat bagi masyarakat di sekitar
tempat usaha.
DAFTAR
PUSTAKA
El Yucateco Salsa Picante De Chile Habanero 4oz Bottle
ReplyDeleteOrder online 익산 출장마사지 El Yucateco Salsa Picante De Chile Habanero 4oz 삼척 출장샵 Bottle delivery from Mapyro. Browse our wide selection of Hot Sauce for Delivery 안성 출장샵 or Drive Up 진주 출장샵 & Go to Rating: 4.8 · 4 reviews · 고양 출장샵 $5.00 · In stock